Psikoanalisis adalah suatu sistem dalam psikologi yang berasal dari penemuan-penemuan Freud dan menjadi dasar dalam teori psikologi yang berhubungan dengan gangguan kepribadian dan perilaku neurotik.
Teknik dasar untuk melaksanakan psikoanalisis ialah dengan meminta pasien berbaring di dipan khusus [couch] dan psikoanalisis duduk dibelakangnya, jadi posisi pasien menghadap ke arah lain, tidak bertatapan dengan psikoanalisnya. Pasien diminta untuk mengemukakan apa yang muncul dalam pikirannya dengan bebas, tanpa merasa terhambat, tertahan dan tanpa harus memilih mana yang dianggap penting atau tidak. Psikoanalis yang duduk di belakang dipan khusus, pada dasarnya mendengarkan tanpa menilai atau memberi kritik dan memperlihatkan sikap ingin mengetahui lebih banyak tentang pasien. Namun pada saat-saat tertentu, psikoanalis memotong asosiasi bebas yang sedang dikemukakan oleh pasien, bilamana dianggap penting untuk memperjelas hubungan-hubungan antara asosiasi-asosiasi satu sama lain, misalnya yang ada kaitannya dengan mimpi-mimpi yang dialami. Proses selanjutnya berlangsung seperti format psikoterapi biasa yang selalu didahului dengan tahap pembukaan untuk mengetahui berbagai hal mengenai pasien, antara lain melalui wawancara pendahuluan yang dilakukan secara tatap muka. Dari proses psikoanalisis yang berlangsung, hal yang penting ialah masalah transferen [transferences].
Pada saat pasien sedang menghubung-hubungkan hambatan yang dialami dengan konflik yang terjadi dibawah sadar mengenai harapan-harapan terhadap seseorang atau beberapa orang yang penting dalam hidupnya, gejala baru akan muncul dan menimbulkan kesan bercampur-baur, antara lain karena kehadiran dari psikoanalisnya. Inilah saat-saat kritis, karena pasien harus menghadapi hal-hal yang idealistis sesuai dengan yang diinginkan, namun ia harus menghadapi kenyataan sebagai sesuatu yang tidak mungkin dipenuhi. Psikoanalis harus tetap bertindak sebagai profesional dan bukan sebagai pribadi, agar menghindari kemungkinan terjadinya "counter-transference".
Atas dasar inilah antara lain ditentukan bahwa untuk memperoleh kualifikasi sebagai psikoanalis, seseorang harus menjalani dulu analisis yang dilakukan oleh psikoanalis yang berkompeten. Bahkan dikatakan bahwa keberhasilan seseorang bertindak sebagai psikoanalis, banyak ditentukan oleh keadaan pada waktu ia sendiri menjalani psikoanalisisnya.
Daftar Pustaka
Gunarsa, Singgih D. (2011). Konseling dan Psikoterapi. Jakarta: Libri
No comments:
Post a Comment