Konsep Dasar Humanistik Eksistensial
- Kesadaran diri : Semakin kuat kesadaran diri itu pada seseorang, maka akan semakin besar pula kebebasan yang ada pada orang itu. Kesanggupan untuk memilih alternatf-alternatif yakni memutuskan secara bebas di dalam kerangka pembatasnya adalah suatu aspek yang esensial pada manusia.
- Kebebasan, tanggung jawab, dan kecemasan : Kesadaran atas kebebasan dan tanggung jawab bisa menimbulkan kecemasan yang menjadi atribut dasar pada manusia. Kecemasan eksistensial juga bisa diakibatkan oleh kesadaran atas keterbatasannya dan atas kemungkinan yang tak terhindarkan untuk mati (nonbeing). Dosa eksistensial, yang juga merupakan bagian dari kondisi manusia, adalah akibat dari kegagalan individu untuk benar-benar menjadi sesuatu sesuai dengan kemampuannya.
- Penciptaan makna : Manusia memiliki kebutuhan untuk berhubungan dengan sesamanya dalam suatu cara yang bermakna, sebab manusia adalah makhluk rasional. Kegagalan dalam menciptakan hubungan yang bermakna bisa menimbulkan kondisi-kondisi isolasi, depersonalisasi, alineasi, keterasingan, dan kesepian.
Unsur-unsur Terapi Humanistik Eksistensial
Tujuan
Terapi eksistensial bertujuan agar klien mengalami keberadaannya secara otentik dengan menjadi sadar atas keberadaan dan potensi-potensi serta sadar bahwa ia dapat membuka diri dan bertindak berdasarkan kemampuannya.
Pada dasarnya tujuan terapi eksistensial adalah meluaskan kesadaran diri klien, dan karenanya meningkatkan kesangupan pilihannya, yakni menjadi bebas dan bertanggung jawab atas arah hidupnya.
Peran Terapis
May (1961) memandang tugas terapis di antaranya adalah membantu klien agar menyadari keberadaannya dalam dunia: "Ini adalah saatu ketika pasien melihat dirinya sebagai orang yang terancam, yang hadir di dunia yang mengancam, dan sebagai subjekyang memiliki dunia".
Frankl (1959) menjabarkan peran terapis sebagai "spesialis mata ketimbang sebagai pelukis", yang bertugas "memperluas dan memperlebar lapangan visual pasien sehingga spektrum keseluruhan dari makna dan nilai-nilai menjadi disadari dan dapat diamati oleh pasien.
Jika klien mengungkapkan perasaan-perasaannya kepada terapis pada pertemuan terapi, maka terapis akan bertindak sebagai berikut.
- Memberikan reaksi-reaksi pribadi dalam kaitan dengan apa yang dikatakan oleh klien.
- Terlibat dalam sejumlah pernyataan pribadi yang relevan dan pantas tentang pengalaman-pengalaman yang mirip dengan yang dialami oleh klien.
- Meminta kepada klien untuk mengungkapkan ketakutannya terhadap keharusan memilih dalam dunia yang tak pasti.
- Menantang klien untuk melihat seluruh ccara dia menghindari pembuatan putusan-putusan, dan memberikan penilaian terhadap penghindaran itu.
- Mendorong klien untuk memeriksa jalan hidupnya pada periode sejak memulai terapi dengan bertanya: "Jika Anda bisa secara ajaib kembali kepada cara Anda ingat kepada diri Anda sendiri sebelum terapi, maukah Anda melakukannya sekarang?"
- Beti tahukan kepada klien bahwa ia sedang mempelajari bahwa apa yang dialaminya sesungguhnya adalah suatu sifat yang khas sebagai manusia: bahwa dia pada akhirnya sendirian, bahwa dia harus memutuskan untuk dirinya sendiri, bahwa dia akan mengalami kecemasan atas ketidakpastian putusan-putusan yang dibuat, dan bahwa dia akan berjuang untuk menetapkan makna kehidupannya di dunia yang sering tampat tak bermakna.
Teknik-teknik Aliran Humanistik Eksistensial
Tidak seperti kebanyakan pendekatan terapi, pendekatan eksistensial-humanistik tidak memiliki teknik-teknik yang ditentukan secara ketat. Metode-metode yang berasal dari terapi Gestalt dan Analisis Transaksional sering digunakan, dan sejumlah prinsip dan prosedur psikoanalisis bisa diintegrasikan ke dalam pendekatan eksistensial-humanistik. Buku The Search for Authenticity (1965) dari Bugental menunjukkan bahwa konsep inti psikoanalisis tentang resistensi dan transferensi bisa diterapkan pada filsafat dan praktek terapi eksistensial.
Rollo May (1953, 1958, 1961), seorang psikoanalisis Amerika yang diakui luas atas pengembangan psikoterapi eksistensial di Amerika, juga telah mengintegrasikan metodologi dan konsep-konsep psikoanalisis ke dalam psikoterapi eksistensial.
Daftar Pustaka
Corey, Gerald. 1999. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung: Refika Aditama
No comments:
Post a Comment