Konsep Client-Centered Therapy
Rogers memandang manusia sebagai tersosialisasi dan bergerak ke muka, sebagai berjuang untuk berfungsi penuh, serta sebagai memiliki kebaikan yang positif pada intinya yang terdalam. Pandangan tentang manusia yang positif pada ini memilikinya implikasi-implikasi yang berarti bagi praktek terapi client-centered. Model client-centered menolak konsep yang memandang terapis sebagai otoritas yang mengetahui yang terbaik dan yang memandang klien sebagai manusia pasif yang hanya mengikuti perintah-perintah terapis. Oleh karena itu, terapi client-centered berakar pada kesanggupan klien untuk sadar dan membuat putusan-putusan.
Unsur-unsur Terapi
Tujuan
- Keterbukaan kepada pengalaman: memerlukan memandang kenyataan tanpa mengubah bentuknya supaya sesuai dengan struktur diri yang tersusun lebih dulu. Sebagai lawan kebertahanan, keterbukaan kepada pengalaman menyiratkan menjadi lebih sadar terhadap kenyataan sebagaimana kenyataan itu hadir di luar dirinya.
- Kepercayaan terhadap organisme sendiri: salah satu tujuan terapi adalah membantu klien dalam membangun rasa percaya terhadap diri sendiri. Dengan meningkatnya keterbukaan klien kepada pengalaman-pengalamannya sendiri, kepercayaan klien kepada dirinya sendiri pun mulai timbul.
- Tempat evaluasi internal: lebih banyak mencari jawaban-jawaban kepada diri sendiri bagi masalah-masalah keberadaannya.
- Kesediaan untuk menjadi suatu proses: Konsep tentang diri dalam proses pemenjadian, yang merupakan lawan dari konsep tentang diri sebagai produk, sangat penting.
Peran Terapis
Peran terapis client-centered berakar pada cara-cara keberadaannya dan sikap-sikapnya, bukan pada penggunaan teknik-teknik yang dirancang untuk menjadikan klien "berbuat sesuatu". Terapis client-centered membangun hubungan yang membantu dimana klien akan mengalami kebebasan yang diperlukan untuk mengeksplorasi area-area hidupnya yang sekarang diingkari atau didistorsinya. Terapis juga harus bersedia menjadi nyata dalam hubungan dengan klien. Melalui perhatian yang tulus, respek, penerimaan, dan pengertian terapis, klien bisa menghilangkan pertahanan-pertahanan dan persepsinya-persepsinya yang kaku serta bergerak menuju taraf fungsi pribadi yang lebih tinggi.
Hubungan Antara Terapis dan Klien
Menurut Carl Rogers (1967), keenam kondisi berikut diperlukan dan memadai bagi pengubahan kepribadian:
- Dua orang berada dalam hubungan psikologis.
- Orang pertama, yang akan kita sebut klien, ada dalam keadaan tidak selaras, peka, dan cemas.
- Orang yang kedua, yang akan kita sebut terapis, ada dalam keadaan selaras atau terintegrasi dalam berhubungan.
- Terapis merasakan perhatian positif tak bersyarat terhadap klien.
- Terapis merasakan pengertian yang empatik terhadap kerancuan internal klien dan berusaha mengomunikasikan perasaannya ini kepada klien.
- Komunikasi pengertian empatik dan rasa hormat yang positif tak bersyarat dari terapis kepada klien setidak-tidaknya dapat dicapai.
Daftar Pustaka
Corey, Gerald. 1999. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung: Refika Aditama
No comments:
Post a Comment