A. Empowerment
Empowerment
adalah proses memberikan kesempatan dan wewenang kepada karyawan untuk
berpikir, berbicara, bertindak, berkeputusan terkait dengan pekerjaannya,
sehingga pekerjaan menjadi lebih cepat, lebih singkat, dan lebih mudah.
Salah
satu bentuk empowermet adalah pendelegasian, orang diberi pekerjaan. Namun
tidak semua pendelegasian adalah empowerment. Delegasi saja bisa bahaya, karena
bisa ada unsur egoisme pada atasan. Sedangkan empowerment ada unsur
pemberdayaan. Seorang karyawan diberi pekerjaan karena dipercaya. Empowerment
lebih memikirkan kepentingan karyawan.
Manfaat
Empowerment. Dengan empowerment semua pihak akan senang, baik pihak karyawan
maupun pihak manajemen.
-Karyawan
senang karena merasa dipercaya, merasa lebih puas, merasa punya
kesempatan untuk berkreasi, dan kendali pekerjaan ada pada dirinya.
-Manager
senang karena karyawan bisa mengerjakan banyak tugas dengan berkualitas,
sehingga ia bisa focus pada yang lain.
-Customer
senang karena tidak harus mengikuti prosedur yang bertele-tele, lebih cepat
dilayani, lebih mudah, dan tidak harus menunggu pimpinan.
Hal-hal
yang bisa membuat Empowerment gagal:
- Pimpinan cuma lip service, tidak betul-betul melakukan
- Pimpinan sebenarnya tidak betul-betul tahu makna pemberdayaan, yang ada hanya member pekerjaan tambahan
- Pimpinan gagal membuat batasan-batasan, mana yang bisa diputuskan karyawan mana yang tidak
- Pimpinan sudah memberi, tapi ketika ada kesalahan dipersoalkan dan ditarik kembali
- Pimpinan tidak memberi sumber daya yang dibutuhkan untuk membantu pemberdayaan karyawan
B. Kunci Efektif Empowerment
Hulme
dan Turner (1990:214-215) berpendapat bahwa pemberdayaan mendorong terjadinya
suatu proses perubahan sosial yang memungkinkan orang-orang pinggiran
yang tidak berdaya untuk memberikan pengaruh yang lebih besar di arena
politik secara lokal maupun nasional. Oleh karena itu pemberdayaan sifatnya
individual dan kolektif. Pemberdayaan juga merupakan suatu proses yang menyangkut
hubungan kekuasaan kekuatan yang berubah antar individu, kelompok dan lembaga.
C. Stres
Stres
adalah stimulus atau situasi yang menimbulkan distres danmenciptakan tuntutan
fisik dan psikis pada. seseorang. Stresmembutuhkan koping dan adaptasi. Sindrom
adaptasi umum atau teoriSelye, menggambarkan stres sebagai kerusakan yang
terjadi pads tubuhtanpa mempedulikan apakah penyebab stres tersebut positif
atau negatif.Respons tubuh dapat diprediksi tanpa memerhatikan stresor
ataupenyebab tertentu (Isaacs, 2004).
Stres
adalah respon tubuh yang sifatnya nonspesifik terhadap setiaptuntutan beban
atasnya. Bila seseorang setelah mengalami stresmengalami gangguan pads satu
atau lebih organ tubuh sehingga yangbersangkutan tidak lagi dapat menjalankan
fungsi pekedaannya denganbaik, maka disebut mengalami distres (Hawari 2001).
Stres
adalah gangguan pada tubuh dan pikiran yang disebabkan olehperubahan dan
tuntutan kehidupan, yang dipengaruhi oleh lingkunganmaupun penampilan individu
di dalam lingkungan (Sunaryo, 2004).
D. Sumber Stres
Banyak
faktor yang dapat menimbulkan stres, faktor-faktor yang dapat menimbulkan stress
ini disebut ”stressor”. Faktor-faktor psikososial cukup mempunyai arti bagi
terjadinya stress pada diri seseorang. Manakala tuntutan pada diri seseorang
itu melampauinya, maka keadaan demikian disebut distress. Stress dalam
kehidupan adalah suatu hal yang tidak dapat dihindari. Masalahnya adalah
bagaimana manusia hidup dengan stress tanpa harus mengalami distress.
Dari
sekian banyak jenis stressor psikososial yang terjadi dalam kehidupan
sehari-hari para pakar memberikan beberapa contoh antara lain sebagai
berikut:
1. Perkawinan
Berbagai
permasalahan perkawinan merupakan sumber stress yang dialami seseorang;
misalnya pertengkaran, perpisahan (separation), perceraian, kematian salah
satu pasangan, ketidaksetiaan, dan lain sebagainya.
2. Problem
Orang Tua
Permasalahan yang
dihadapi orangtua, misalnya tidak punya anak, kebanyakan anak,kenakalan anak,
anak sakit; hubungan yang tidak baik dengan mertua, ipar, besan dan lain sebagainya.
Selain itu orang tua akan mengalami problem manakala anak terlibat kenakalan remaja,
pergaulan bebas kehamilan di luar nikah, aborsi atau penyalahgunaan
NAZA(Narkotika, Alkohol dan Zat Adiktif).
3. Hubungan
Interpersonal (Antar Pribadi)
Gangguan ini dapat
berupa hubungan dengan kawan dekat yang mengalami konflik,konflik dengan
kekasih, antara atasan dan bawahan, dan lain sebagainya. Konflik hubungan interpersonal
ini dapat merupakan sumber stress bagi seseorang, dan yang bersangkutan dapat
mengalami depresi dan kecemasan karenanya.
4. Pekerjaan
Banyak orang menderita depresi dan kecemasan karena masalah kerja ini, misalnya pekerjaan terlalu banyak, pekerjaan tidak cocok, mutasi, jabatan, kenaikan pangkat, PHK.
Sebaliknya
dengan pengangguran, maka terlalu banyak beban pekerjaan sementarawaktu yang
tersedia sangat sempit dapat menyebabkan stress pula
5. Lingkungan
Hidup
Kondisi
lingkungan yang buruk besar pengaruhnya bagi kesehatan seseorang,misalnya soal
perumahan, pindah tempat tinggal, penggusuran, hidup dalam lingkungan yangrawan
(kriminalitas) dan lain sebagainya. Rasa tercekam dan tidak merasa aman ini
amatmengganggu ketenangan dan ketentraman hidup, sehingga tidak jarang orang
jatuh ke dalamdepresi dan kecemasan.
6. Keuangan
Masalah
keuangan (kondisi sosial-ekonomi) yang tidak sehat, misalnya
pendapatan jauh lebih rendah dari pengeluaran, terlibat hutang, kebangkrutan usaha, soal warisan, danlain
sebagainya. Problem keuangan amat berpengaruh pada kesehatan jiwa seseorang
danseringkali masalah keuangan ini merupakan faktor yang membuat seseorang
jatuh dalamdepresi dan kecemasan.
7. Hukum
Keterlibatan
seseorang dalam masalah hukum dapat merupakan sumber stress pula,misalnya
tuntutan hukum, pengadilan, penjara, dan lain sebagainya. Stress di bidang
hukumini dapat menyebabkan seseorang jatuh dalam depresi dan kecemasan.
8. Perkembangan
Yang
dimaksud disini adalah masalah tahap perkembangan baik fisik maupun
mentalseseorang (siklus kehidupan), misalnya masa remaja, masa dewasa, menopause,
usia lanjut,dan lain sebagainya. Kondisi setiap perubahan fase-fase tersebut
diatas, untuk sementaraindividu dapat menyebabkan depresi dan kecemasan;
terutama pada mereka yang mengalamimenopause atau usia lanjut.
9. Penyakit
Fisik atau Cidera
Sumber
stress yang dapat menimbulkan depresi dan kecemasan di sini adalah antaralain:
penyakit jantung, HIV/AIDS, kecelakaan, operasi/pembedahan, aborsi, dan
lainsebagainya. Dalam hal penyakit yang banyak menimbulkan depresi dan
kecemasan adalah penyakit kronis, jantung, kanker dan sebangsanya.
10. Keluarga
Faktor
keluarga yang dimaksud di sini adalah faktor stress yang dialami oleh anakdan
remaja yang disebabkan karena kondisi keluarga yang tidak baik (yaitu sikap
orang tua),misalnya :
a.Hubungan
kedua orang tua yang dingin, atau penuh ketegangan, atau acuh tak acuh.
b.Kedua
orangtua jarang di rumah dan tidak ada waktu untuk bersama dengan anak-anak.
c.Komunikasi
antara orang tua dan anak yang tidak baik (communication
gap).
d.Kedua
orang tua berpisah (separate) atau
bercerai (divorce).
e.Salah
satu orang tua menderita gangguan jiwa/kepribadian.
f.Orang
tua dalam pendidikan anak kurang sabar, pemarah, keras dan otoriter, dan
lainsebagainya.
11. Trauma
Seorang
mengalami bencana alam, kecelakaan transportasi (darat laut dan
udara),kebakaran, kerusuhan, peperangan, kekerasan, penculikan, perampokan,
perkosaan,kehamilan di luar nikah dan perkosaan, kehamilan di luar nikah dan
lain sebagainya,merupakan pengalaman yang traumatis yang pada gilirannya yang
bersangkutan dapatmengalami stress (stress pasca trauma).
E. Pendekatan Stres
Ada
dua pendekatan dalam manajemen stres, yaitu:
1. Pendekatan
Individual
- Penerapan manajemen waktu
Pengaturan
waktu yang sangat tepat akan menjamin seseorang tidak akan menjadi stres.
Dikarenaka setiap orang pastinya memiliki rasa lelah yang sangat besar dan
perlukan pembagian waktu untuk istirahat dan merelaksasikan tubuh dari
kepadatan jadwal kerja. Pola pembagian waktu yang baik antar waktu bekerja,
beridah, dan waktu istirahat. Waktu bekerja antara jm7 pagi sampai jm6 sore,
setelah itu kemungkinan daya tingkat kejenuhan seseorang akan meningkat disaat
itulah diperlukan istirahat yang cukup untuk mengembalikan rasa lelah.
- Penambahan waktu olah raga
Dalam
tubuh manusia diperluakan olah raga yang dapat mengatur dan merangsang syaraf
motorik dan otot-otot sehingga membuat badan kita menjadi bugar. Ketahanan
fisik yang dimiliki pun akan semakin baik. Olah raga pun bisa dilakukan
seminggu 3 kali atau 1 minggu sekali. Bisa dengan joging di pagi atau di sore
hari, cukup melakukan olah raga yang ringan.
- Pelatihan relaksasi
Setelah
melakukan kerja yang cukup padat dan banyak, tentunya membuat tubuh menjadi
lelah dan diperlukan relaksasi yang membantu menenangkan tubuh yang tegang
menjadi relaks. Merefres otak yang sudah di pakai untuk bekerja setiap hari.
Cara yang ampuh dalam relaksasi bisa dengan mendengarkan musik atau menonton
film sambil bersantai. Namun ada juga yang malakukan meditasi atau yoga.
- Perluasan jaringan dukungan social
Berhubungan
dengan banyak orang memang sanagt diperlukan. Selain dengan mempermudah dalam
pekerjaan, dengan memiliki banyak jaringan pertemanan juga bisa kita manfaatkan
sebagi tempat berbagi dalam memecahkan masalah yang di alami. Terkadang setiap
orang hal seperti ini sangat diperlukan sekali. Karena itu manusia adalah
makhluk sosial yang saling butuh membutuhkan.
2. Pendekatan
Organisasional
- Menciptakan iklim organisasional yang mendukung.
Banyak
organisasi besar saat ini cenderung memformulasi struktur birokratik yang
tinggi yang menyertakan infleksibel. Ini dapat membawa stres kerja yang
sungguh-sungguh. Strategi pengaturan mungkin membuat struktur lebih
desentralisasi dan organik dengan membuat keputusan partisipatif dan aliran
keputusan ke atas. Perubahan struktur dan proses struktural mungkin akan
menciptakan iklim yang lebih mendukun bagi pekerja, memberikan mereka lebih
banyak kontrol terhadap pekerjaan mereka, dan mungkin akan mencegah atau mengurangi
stres kerja mereka.
- Adanya penyeleksian personel dan penempatan kerja yang lebih baik.
Pada
dasarnya kemampuan ilmun atau skil yang dimiliki oleh seyiap orang mungkin akan
berbede satu dengan yang lainnya. Penempatan kerja yang sesuai dengan keahlian
sangat menunjang sekali terselesaikannya suatu pekerjaan. Penyesuaiaan
penempatan yang baik dan penseleksian itu yang sangat diperluakan suatu
perusahaan atau organisasi agar setiap tujuan dapat tercapai dengan baik.
Seperti halnya seorang petani yang tidak tahu bagaimana seorang nelayan yang
mencari ikan, tentunya akan kesulitan.
- Mengurangi konflik dan mengklarifikasi peran organisasional.
Konflik
dalam sebuah organisasi mungkin adalah hal yang wajar dan mungkin sering juga
terjadi. Konflik apapun yang terjedi tentunya akan menimbulkan ketidak jelasan
peran suatu organisasional tersebut. Mengidentifikasi konflik penyebab stres
itu sangat diperlukan guna mengurangi atau mencegah stres itu sendiri. Setiap
bagian yang dikerjakan membutuhkan kejelasan atas setiap konflik sehingga
ambigious itu tidak akan terjadi. Peran organisasi itu yang bisa
mengklarifikasikan suatu konflik yang terjadi sehingga terjadilah suatu
kejelasan dan bisa menegosiasikan konflik.
- Penetapan tujuan yang realistis.
Setiap
organisasi pastinya memiliki suatu tujuan yang pasti. Baik bersifat profit
maupun non profit. Namun tujuan organisasi itu harus juga bersifat real sesuai
dengan kemampuan yang dimiliki oleh organisasi tersebut. Kemampuan suatu
organisasi dapat dilihat dari skli yang dimiliki oleh setiap orang anggotanya.
Dengan tujuan yang jelas dan pasti tentunya juga sesuai dengan kemampuan
anggotanya maka segala tujuan pasti akan tercapai pula. Namun sebaliknya jika
organisasi tidak bersikap realistis dan selalu menekan anggotanya tanpa adanya
kordinasi yang jelas stres itu akan timbul.
- Pendesainan ulang pekerjaan.
Stres
yang terjadi ketika bekerja itu kemungkina terjadi karena faktor kerjaan yang
sangat berat dan menumpuk. Cara menyikapi dan mengatur program kerja yang baik
adalah membuat teknik cara pengerjaannya. Terkadang setiap orang mengerjakan
pekerjaan yang sulit terlebih dahulu dari pada yang mudah. Seseorang akan
terasa malas dan enggan untuk mengerjakan pekerjaannya ketika melihat tugas
yang sudah menumpuk maka akan timbul stres. Strategi yang dilakukan adalah
melakukan penyusunan pekerjaan yang muadah terlebih dahulu atau pekerjaan yang
dapat dikerjakan terlebih dahulu. Sedikit demi sedikit pekerjaan yang menumpuk
pun akan terselesaikan. Dengan kata lain stres pun bisa dihindari dan bisa
dikurangi.
- Perbaikan dalam komunikasi organisasi.
Komunikasi
itu sangatlah penting sekali dalam berorganisasi. Komunikasi dapat mempermudah
kerja seseorang terutama dalam team work. Sesama anggota yang tergabung dalam
satu kelompok selalu berkordinasi dan membicarakan program yang akan dilakukan.
Komunikasinya pun harus baik dan benar. Perbedaan cara kordinasi dan instruksi
ke atasan mau pun bawahan. Sering sekali terjadi kesalahan dan tidak mampu menempatkan
posisi dan jabatan sehingga terjadi kesalahan dalam mengkomunikasikan.
- Membuat bimbingan konseling
Bimbingan
konseling ini bisa dirasakan cukup dalam mengatasi stres. Konseling yang
dilakukan kepada psikolog yang lebih kompeten dalam masalah kejiwaan seseorang.
Psikologis seseorang terganggu sekali ketika stres itu menimpa. Rasa yang tidak
tahan dan ingin keluar dari tekanan-tekanan yang dirasakan tentunya akan
menambah rasa stres yang dihadapinya. Konseling dengan psikolog sedikitnya
mungking bisa membantu keluar dari tekanan stres
F. Konflik
F. Konflik
Konflik berasal
dari kata kerja Latin configere yang berarti saling memukul.
Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua
orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha
menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya.
Konflik
dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu interaksi.
Perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah menyangkut ciri fisik,
kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya. Dengan
dibawasertanya ciri-ciri individual dalam interaksi sosial, konflik merupakan
situasi yang wajar dalam setiap masyarakat dan tidak satu masyarakat
pun yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok
masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya
masyarakat itu sendiri.
Konflik
bertentangan dengan integrasi. Konflik dan Integrasi berjalan sebagai
sebuah siklus di masyarakat. Konflik yang terkontrol akan menghasilkan
integrasi. Sebaliknya, integrasi yang tidak sempurna dapat menciptakan konflik.
G. Jenis-jenis Konflik
Macam-macam
bentuk konflik terdiri dari konflikintrapersonal, konflik interpersonal,
konflik individu dengan kelompok, konflik antar kelompok,dan konflik
organisasi. Setiap konflik memiliki strategi penyelesaian masing-masing yang
sesuaidengan keadaannya.
- Konflik intrapersonal merupakan konflik yang berada pada diri individu. Strategi untuk mengatasi konflik ini meliputi penciptaan kontak dan membina hubungan, membina rasa percaya, menumbuhkan kekuatan, menentukan tujuan, mencari bebrapa alternative, memilihalternative, dan merencanaan pelaksanaan jalan keluar.
- Konflik interpersonal yaitu konflik yang terjadi pada sekurang-kurangnya dua individuyang berada pada sudut pandang bertentangan, yang tidak saling mentoleransi terhadap perbedaan serta mengabaikan adanya titik temu. Terdapat tiga strategi untuk mengatasi konflikini, meliputi: 1) Lose-lose (kalah-kalah) seperti arbirasi dan mediasi; 2)Win-Lose (Menang-Kalah) seperti penarikan diri, damai, bujukan, tawar-menawar atau negosiasi, dan kompromi; 3) Win-win (Menang-menang) seperti pemecahan masalah secara terintegrasi dan proses konsultasi dengan berbagai pihak.
- Konflik individu dengan kelompok adalah konflik yang terjadi pada satu individu dengan beberapa orang dalam kelompok. Strategi penyelesaian konflik yang digunakan hampirsama dengan konflik interpersonal. Begitu pun dengan konflik antar kelompok yaitu konflik yang timbul pada sekurang-kurangnya dua kelompok yang berbeda sudut pandang dan bertentangan.
- Konflik organisasi merupakan konflik yang terjadi pada suatu organisasi. Konflik dapat berupa konflik hirarki, konflik fungsional, konflik antara lini dan staf, serta konflik organisasiformal dan informal. Strategi penyelesaian konflik yang digunakan meliputi pendekatan birokratis, pendekatan intervensi otoritatif, pendekatan sistem, dan reorganisasi struktural.
H. Proses Konflik
Menurut
Stephen P.Robbin, proses konflik dapat dipahami sebagai sebuah proses yang
terdiri atas lima tahapan : potensi pertentangan atau ketidakselarasan,kognisi
dan personalisasi, maksud, perilaku, dan akibat.
Tahap
1 : Potensi Pertentangan atau Ketidakselarasan
Tahap
pertama dalam proses konflik adalah munculnya kondisi-kondisi yang menciptakan
peluang bagi pecahnya konflik. Kondisi-kondisi tersebut tidak mesti mengarah
langsung ke konflik, tetapi salah satu darinya diperlukan jika konflik hendak
muncul. Kondisi-kondisi tersebut (sebab atau sumber konflik) dapat dipadatkan
ke dalam tiga kategori umum: komunikasi, struktur, dan variabel-variabel
pribadi.
Komunikasi, komunikasi dapat menjadi sumber konflik. Komentar dari beberapa individu yang sedang berbicara mempresentasikan dua kekuatan berlawanan yang muncul akibat kesulitan semantik, kesalahpahaman, dan kegaduhan pada saluran komunikasi.Struktur, istilah struktur digunakan dalam konteks ini untuk mencakup variabel-variabel seperti ukuran, kadar spesialisasi dalam tugas-tugas yang diberikan kepada anggota kelompok, kejelasan yuridiksi, keserasian antara anggota dan tujuan, gaya kepemimpinan, sistem imbalan, dan kadar ketergantungan antar kelompok. Penelitian menunjukkan bahwa ukuran dan spesialisasi bertindak sebagai daya yang merangsang konflik. Semakin besar kelompok dan semakin terspesialisasi kegiatan-kegiatannya, semakin besar pula kemungkinan terjadinya konflik. Masa kerja dan konflik berkorelasi terbalik. Potensi konflik cenderung paling tinggi jika anggota-anggota kelompok lebih muda dan ketika tingkat perputaran karyawan tinggi.
Variabel-variabel pribadi, meliputi kepribadian, emosi, dan nilai-nilai.
Tahap
2 : Kognisi dan personalisasi
Yaitu
tahap dimana isu-isu konflik biasanya didefinisikan dan pada gilirannya akan
menentukan jalan panjang menuju akhir penyelesaian konflik. Sebagai contoh,
emosi yang negatif dapat menyebabkan peremehan persoalan, menurunnya tingkat
kepercayaan dan interpretasi negatif atas perilaku pihak lain.
Tahap
3 : Maksud
Maksud
mengintervensi antara persepsi serta emosi orang dan perilaku luaran mereka.
Maksud adalah keputusan untuk bertindak dengan cara tertentu. Banyak konflik
bertambah parah semata-mata karena salah satu pihak salah dalam memahami maksud
pihak lain. Selain itu, biasanya ada perbedaan yang besar antara maksud dan
perilaku, sehingga perilaku tidak selalu mencerminkan secara akurat
maksud seseorang, muncul karena salah-satu pihak salah dalam memahami maksud
pihak lain.
Tahap 4 : Perilaku
Meliputi pernyataan aksi dan reaksi yang dibuat oleh pihak-pihak yang berkonflik. Dengan demikian dalam konflik dibutuhkan teknik-teknik manajemen konflik sehingga mendorong konflik mencapai tingkat konflik yang diinginkan. Untuk meredakan konflik yang ada, diperlukan untuk mempelajari teknik-teknik manajemen konflik.
Tahap
5 : Akibat
Jalinan
aksi reaksi antara pihak yang berkonflik menghasilkan konsekuensi. Akibat atau
konsekuensi ini bisa bersifat fungsional, dalam arti konflik tersebut
menghasilkan kinerja kelompok, atau juga bersifat disfungsional karena justru
menghambat kinerja kelompok.
Akibat Fungsional, menjelaskan bahwa konflik dapat menjadi suatu penggerak yang meningkatkan kinerja kelompok. Akibat Disfungsional, menjelaskan bahwa konflik dapat menghambat kinerja dari sebuah kelompok.
Menciptakan
Konflik Fungsional, cara organisasi menciptakan konflik fungsional adalah
dengan cara memberi penghargaan kepada orang yang berbeda pendapat dan
menghukum mereka yang suka menghindari konflik.
Daftar Pustaka
Denim,
S. (2004). Motivasi kepemimpinan dan efektivitas kelompok. Jakarta :
Rineka Cipta.